Showing posts with label UGM. Show all posts
Showing posts with label UGM. Show all posts

Monday, June 14, 2021

KKN UGM PPM JT-122

hari-h sebelum berangkat

KKN adalah salah satu momen yang gak pernah saya lupakan. Saya mendapat kesempatan untuk melaksanakan KKN di desa Kalibening, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang Jawa Tengah. Lokasinya berada di kaki Gunung Merapi. Kalau dari peta dibawah sih waktu tempuhnya kurang lebih sekitar satu jam-an lah dari kota tercinta wkwkwkwkwkwk (bahkan di maps saya kaget masih ada tanda home nya wkwkwkwkwkwk). Selalu kangen rasanya pingin balik ke Jogja :)

lokasi Desa Kalibening


Mungkin di part ini saya gak akan cerita detail lah pelaksanaan kegiatan, persiapan, keberangkatan segala macam. Saya orangnya sih lebih suka mengamati, memikirkan dan memaknai suatu kegiatan.

Not Knowledge, but Attitude
Ini sebenarnya ilmu sepanjang hayat sih, first impression yang membuat orang senang dengan kita menurut saya adalah sifat. Walau saya adalah pengagum orang-orang pintar, saya tetap berpikir bahwa attitude/sifat adalah yang utama. Tapi bukan berarti kita jadi malas belajar dengan berpikir bahwa attitude kita sudah oke ya wkwk. Jangan pernah mencari pembenaran atas sifat buruk kita hanya karena pembenaran kita tingkatannya lebih tinggi dari keburukan itu... ya begitulah tafsiran pemhaman saya dari sumber-sumber filsafat yang saya tonton.
Btw terkait dengan attitude, saya mungkin mau sharing suatu pernyataan : "Kagumi sifatnya, jangan orang/tokohnya". Pernyataan ini begitu relevan loh dengan maraknya hoax di grup keluarga zaman now wkwkw. Orang sekarang membela mati-matian orang yang mereka percayai sebagai tokoh panutan, hingga muncullah hoax-hoax tadi wkwk. Bagi saya, cukup kagumi sifatnya... jangan tokohnya. Karna kalau kita mengagumi tokoh, kita tidak akan pernah siap menerima kenyataan ketika tokoh yang kita kagumi melakukan kesalahan. Fatalnya lagi, kita jadi manusia yang berusaha memaklumi suatu keasalahan yang paling fatal sekalipun. Lah tapi kan yang namanya manusia tidak luput dari kesalahan? Cukup katakan salah ketika tokoh yang kita kagumi melakukan kesalahan. Wkwkwk jadi jauh kan bahasannya.
KKN itu intinya adalah attitude. Warga selalu pertama kali melihat attitude kita. Mau sehebat dan sebagus apapun proyek yang akan kita lakukan di lokasi KKN tapi kalau attitude kita buruk, percayalah kita akan jadi bahan gunjingan di kalangan warga desa. 

Simpati, Empati dan Kepekaan
Hal yang satu ini merupakan hal yang penting bagi saya. Saya beberapa kali pergi ke Jakaerta menggunakan KRL. Peraturan KRL mengatakan bahwa tempat duduk di prioritaskan untuk difabel, lansia, ibu hamil, perempuan, dan anak-anak. Gak jarang saya diperlihatkan dengan pemandangan pria muda yang dalam kondisi begitu santai duduk, padahal ada ibu-ibu didepannya berdiri. Ini bukan sekali dua kali terjadi, bahkan hampir setiap kali saya menggunakan KRL. Kondisi ini menurut saya yang disebabakan  oleh sifat lack of empati, simpati dan kepekaan.
Saya dahulu ketika SMA juga seperti itu. Prinsip saya saat itu, apapun yang terjadi disekitar saya, saya gak perduli. Istilahnya, saya urusi hidup saya, kamu urusi hidup kamu. Atau bahasa cueknya take care of your own bussiness lah. Saya pernah segila dan sengeri itu. Tapi semua berubah ketika saya kuliah di Jogja. Saya sadar bahwa sehebat, sepintar, sekuat, sekaya apapun kita, kita tetap membutuhkan orang di sekitar kita. Kalau kata orang-orang tua zaman dulu, "kenapa harus egois, toh yang ngantar dan nguburin mayat kita nanti juga orang lain" wkwk begitulah yang sering saya dengar.
Warga di Kalibening begitu luar biasa simpati dan empatinya. Misalnya saja ketika ada warga yang ingin bangun ataupun renovasi rumah. Hampir semua pria di desa ini membantu warga tersebut, entah sekedar memindahkan material, meratakan tanah, bahkan hingga menancapkan tiang pondasi. Ibu-ibu biasanya akan gotong royong untuk memasak makanan. Segila itu warga Kalibening soal simpati dan empati.
Ketika saya dan rekan sedang mengerjakan pembuatan plang arah jalan desa di perempatan desa, kami merasa kesulitan untuk menggali tanah untuk pondasi plang. Tiba-tiba seorang Bapak turun dari motonya sambil bertanya, "Lagi ngapain Mas?". "Lagi buat pondasi untuk plang jalan Pak" jawab kami. Karena Beliau melihat kami begitu kesulitan menggali tanah, kemudian Beliau meminta linggis yang kami bawa dan langsung mengajari kami cara menggali dengan linggis. Sampai tahap sepeduli itulah kadar simpati dan empati warga di desa ini. Hal ini menurut saya akan tetap relevan sampai kapanpun.

Unforgettable  Moment

The Missing Communication
Saya suku Batak, namun saya akui kekurangan saya ada pada komunikasi bahasa adat. Saya sering mengikuti acara adat Batak, namun kekurangannya saya tidak memiliki inisiatif untuk mempelajari bahasa suku saya. Setelah saya kuliah di Jawa, saya melihat bahwa kebanyakan teman saya suku Jawa hampir semua bisa berbahasa Jawa. Ini juga yang membuat saya minder apalagi kalau orang berkata "kamu udah 4 tahun kuliah di Jogja masa gak bisa ngomong Jawa" wkwkw. Saya dengan senyum slalu menjawab " iso sitik-sitik wkwkw".
Pada minggu pertama kami melaksanakan KKN, kami memiliki agenda untuk menjumpai semua ketua RT di desa Kalibening untuk kulonuwun (silaturahmi). Hal yang harus/memang/ dan sewajarnya kita lakukan ketika kita mengunjungi atau pindah ke suatu tempat, apalagi pedesaan. Saya sebagai pemimpin subunit, datang ke rumah ketua RT bersama semua anggota untuk perkenalan dan menyampaikan maksud kedatangan kami. Setelah saya menyampaikan intro, tiba-tiba Bapak Ketua RT ngomong dengan bahasa Jawa. Walaupun saya gakbegitu paham, inti yang saya pahami bahwa Beliau tidak fasih berbahasa Indonesia. Karena saya juga gakpaham ngomong Jawa, saya langsung memberi isyarat kepada rekan saya yang paham untuk mengambil alih pembicaraan wkwk. Walau saya gakbegitu paham komunikasi yang disampaikan Beliau, saya melihat gestur Beliau yang begitu welcome menyambut kami. Uniknya, hanya 2 dari 7 Ketua RT Kalibening pada saat itu yang fasih berbahasa Indonesia. Intinya sih the key of communication is not only about language, kalau kita memiliki niat dan keinginan yang tulus, orang pasti memahami keinginan kita.

Ibadah di Lereng
Selama 1 bulan mengikuti KKN, saya hanya 2 kali mengikuti ibadah umum. Karena warga Nasrani disini mayoritas beragama Katolik dan Gereja Protestan yang begitu jauh, saya akhirnya ikut teman Katolik untuk beribadah. Ketika saya dan 2 teman lainnya sampai di tempat ibadah, saya begitu kaget karena tempat ibadah nya berada pada undak2 bukit. Pastor yang menyampaikan khotbah berdiri tepat di titik terendah lereng, dan jemaat ada yang duduk di tanah yang datar, dan ada pula duduk di jalan turunan lereng. Dengan beralaskan tikar dan koran, mereka begitu hikmat mendengar khotbah kali itu. Beberapa jemaat berteduhkan tenda, bahkan karena begitu banyak jemaat, banyak juga jemaat yang bertendakan langit.  Btw momen ini salah satu yang berkesan bagi saya. Pertama saya tidak pernah mempelajari agama Katolik. Walaupun sama-sama Nasrani, Protesan dan Katolik berbeda jauh dari banyak aspek, apakah itu prosedur ibadah, kitab Suci, doa, dan sakramen (upacara khusus). Kedua, karena hampir semua jemaat merupakan suku Jawa, Pastor tersebut berkhotbah dengan bahasa Jawa wkwk. Ketidakpahaman saya menjadi double saat itu wkwk. Walau begitu, saya pribadi lebih suka memikirkan makna dari apapun yang terjadi di sekitar saya. Bagi saya, makna ibadah mereka begitu dalam. Mereka datang kepada Sang Khalik bermodalkan kesederhanaan. Artinya, Tuhan tidak melihat dengan apa kita datang kepada-Nya, tapi semurni apa hati kita untuk menyembah-Nya. Begitulah hasil perenungan saya saat itu kala memandang wajah jemaat yang begitu khusuk ketika beribadah. Kalau saya pribadi memiliki kecendrungan untuk mengingat suatu kejadian/event bukan dari semeriah/semahal apa, tapi makna apa yang bisa saya petik dari event tersebut.

lokasi ibadah Katolik di lereng bukit

jemaat maju ke depan altar

Foto setelah ibadah

"Ibu orang tua siapa ya?"
Wkwkwk ini momen epic yang kalau saya ingat kembali selalu buat saya ketawa. Ada salah satu fenomena yang sering terjadi saat KKN. Dosen koordinator wilayah (KORWIL) biasanya tiba-tiba datang ke lokasi peserta KKN untuk melakukan sidak mendadak. Alasan logisnya adalah banyaknya mahasiswa yang balik ke Jogja namun dengan alasan yang tidak jelas. Istilahnya, di form absen ada tandatangan yang menyatakan berada di lokasi KKN, namun ternyata malah pergi ke luar kota, balik ke kos-kosan, bahkan untuk tujuan nonton dan jalan-jalan ke mall wkwk. Yang paling rawan sidak mendadak ini ada di wilayah KKN Jogja dan Jawa Tengah, karena hobi mahasiswa yang lebih suka balik ke Jogja dibanding berada di lokasi KKN.
Saya gak ingat tanggal dan waktunya, tapi yang saya ingat waktu itu siang sekitar jam 1. Saya lagi duduk diteras rumah sedang bermain bersama anak-anak disana. Tiba-tiba ada ibu (warga Kalibening) mendatangi rumah kami dan ngomong ke saya "Mas ada yang cari lokasi pondokan (rumah) KKN". Pikiran saya waktu itu kemungkinan ada orang tua teman saya yang datang berkunjung, karena mayoritas orangtua teman saya tinggal di Jogja. Kemudian saya langsung keluar menuju mulut gang untuk menyambut beliau.  Saya melihat seorang wanita paruh baya berjalan menuju saya. "Mau cari siapa ya Bu?" Tanya saya membuka percakapan.  "Pondokan mahasiswa KKN dimana?" timpal Beliau. "Itu Bu pondokannya (sambil menunjuk rumah kami)"jawab saya sambil menuntun Beliau menuju lokasi pondokan. " Maaf Ibu orang tua siapa ya?" jawab saya . "Lah kamu gak tau siapa saya? Yang mana kormasit" jawab Beliau lagi. "Saya Bu kormasitnya (pimpinan sub-unit)" jawab saya. "Kamu gaktau siapa saya?" tanya Beliau lagi." Maaf Bu saya tidak tau" jawab saya bingung. "Saya Korwil Jateng. Saya mau sidak kelengkapan anggota kamu" jawabnya. Seketika saya malu dan kaget wkwkw. Saya kira Beliau adalah orang tua teman saya awalnya. Beliaupun masuk ke pondokan dan mengecek kondisi pondokan, daftar hadir, dan catatan agenda kami. Sebenarnya yang terbersik di benak saya saat itu adalah image Beliau yang begitu keras ketika melihat tindakan indisipliner yang dilakukan mahasiswa selama KKN (dari kabar burung sih begitu) wkwk. Tapi ketika Beliau mendapati kami semua mengikuti aturan dan tidak ada yang melakukan pelanggaran, Beliau sebenarnya begitu baik dan mengayomi. Intinya ya Beliau memberi nasihat untuk menjaga nama baik almamater lah dimanapun berada, apalagi di posisi kita yang bertamu ke tempat orang. Intinya sih beliau bersifat keras karens banyaknya kasus pelanggaran selama KKN yang Beliau dapati ketika sidak mendadak. Selama kita benar, jangan pernah takut lah.

Ketika acara penutupan KKN bersama semua perangkat desa, saya langsung mengangkat tangan ketika ditanya siapa yang mau memberikan kesan dan pesan. Pada kesempatan itu saya sampaikan rasa terimakasih saya kepada Kepala Desa Kalibening bahwa sudah menerima kami dengan kemurahan hati yang begitu besar. Saya sampaikan juga bahwa warga di Kalibening mengajarkan saya pelajaran hidup yang tidak pernah saya dapatkan bahkan di kampus sekalipun. 
"Saat saya masih tinggal di Medan, tetangga sedang merenovasi rumah pun saya tidak tahu. Disini ada warga yang bangun rumah semua ikut membantu" Begitulah kalimat yang saya ucapkan menunjukkan kekaguman saya pada masyarakat Kalibening.

Intinya, pengabdian itu sebenarnya bukan melulu soal hal-hal hebat yang bisa kita berikan kepada masyarakat. Ketika kita care kepada orang di sekitar kita, simpati dan empati pada orang di sekitar kita, bahkan hingga memiliki rasa hidup bersama dengan manusia di sekitar kita, kita sudah menjadi orang hebat dan tanpa disadari kita juga sudah mengabdi pada Sang Pencipta. Lakukan hal kecil yang kita yakini benar, maka kita adalah orang-orang hebat.

The best moments

teknik fisika c squad

setelah upacara pembukaan KKN di depan kantor desa

persiapan pemilu kabupaten Magelang

Kulonuwun ke rumah ketua RT

perkenalan kepada warga Kalibening

Tim Subunit asik-asik jala-jalan ke Artos Magelang

Foto bersama Mendian Pak Is dan Ibu Is. Beliau (Pak Is) sudah berpulang ke Sang Khalik Januari 2021 lalu.

Foto di kebun cabe Pak Is dan Ibu Is

mengecat jembatan desa wkwk

Seusai mengajarkan siswa di MTs Kalibening

Es krim setelah ibadah wkwk

Pemasangan plang perempatan desa

Fatul, anak perempuan yang selalu gembira ketika bertemu dengan kami. Saya tidak sengaja mengabadikan momen ini ketika perlombaan 17 Agustus 2018


Tengkyuuu....

Tuesday, May 4, 2021

Selamat Hari Pendidikan!!!

Teknik Fisika dan Sistem Pendidikan di Indonesia

Selamat Hari Pendidikan buat seluruh Guru dan Tenaga Pendidik di Indonesia. Salah satu profesi yang begitu hebat dan selalu membuat saya kagum. Oiya di bagian ini saya ingin share pandangan dan tanggapan saya terhadap sistem pendidikan di Indonesia. Saya disclaimer bahwa ini merupakan opini pribadi saya berdasarkan apa yang telah saya alami dan jalani secara langsung. Tidak ada maksud dan niat saya dalam memojokkan apapun dan siapapun dalam bagian ini. Murni sebagai kritikan yang saya yakin dapat membangun pendidikan di Indonesia.

Sebenarnya opini terkait pendidikan di Indonesia ini sudah banyak disampaikan oleh beberapa pihak. Namun entah kapan kritik ini dapat direalisasikan oleh pemerintah Indonesia. Mari kita bahas.....

Salah satu kritik yang selalu bergema terkait pendidikan di Indonesia adalah mengenai pendidikan general yang sebenarnya memberatkan siswa. Mengapa saya katakan begitu? Bukan tanpa alasan, karena saya sendiri sudah merasakan dunia kerja. Oke dimulai dari sejak SMP. Kurikulum SMP yang saya jalani di tahun 2009-2012 lalu, sama seperti sekolah lain kebanyakan. Mulai diajarkan pelajaran eksak seperti kimia, fisika, matematika yang sudah mengarah kepada aljabar wkwk dan pelajaran soshum seperti geografi, ekonomi, dan sejarah. Tentu setiap pelajaran mempunyai tujuannya masing-masing. Tapi yang ingin saya soroti disini adalah lebih ke arah ekstrakulikuler yang terlihat juga begitu general (sama seperti kurikulumnya wkwk). Ekskul yang ada di sekolah saya dulu seperti english club, paduan suara, athletic, dan seperti klub-klub kecil mata pelajaran. Ada klub matematika, klub biologi, dan lainnya. Tidak ada yang salah memang, tapi kita hold dulu realitanya. Waktu itu sih saat saya SMP ada pelajaran elektronika, tapi saya gak begitu paham entah karena silabusnya yang tidak jelas atau bagaimana, sehingga minat siswa terhadap elektronika begitu rendah. Oiya SMP saya merupakan SMP swasta, yang bisa dibilang untuk fasilitas bisa dibilang udah oke lah. Komputer di lab sudah pentium 4, bahkan saat saya kelas 9, layar komputer sudah diganti LCD semua wkwk.

SMA Sutomo 1 Medan

xii-ipa-11 sutomo 1 medan 2015


xii-ipa-11 sutomo 1 medan 2015


Next saya bahasa realita ketika saya SMA. Saya sekolah di SMA Swasta Sutomo 1 Medan. Mungkin saya lebih banyak concern ke kurikulum SMA dan sistem SBMPTN (seleksi masuk perguruan tinggi). Fyi, SMA S Sutomo 1 Medan merupakan SMA peringkat 1 di Sumatra Utara (bukan maksud saya untuk sombong). Kurikulum dan standar SMA Sutomo 1 Medan ini saya bisa katakan begitu gila.

soal yang diberikan di awal SMA. fyi ini soal latihan, bukan ujian wkwkwk

Untuk informasi saja, standar soal ujian di Sutomo ini menggunakan standar soal ujian Singapore (O-level Exam). Sebulan saya sekolah disini, saya benar-benar merasa tertekan. Kenapa? Karena seperti ada missing knowledge antara bekal yang saya bawa dari SMP dengan realita yang saya hadapi di SMA. Istilah ujian disini disebut Pekan Bulanan (PB), biasanya dalam satu semester ada 2 PB dan 1 UAS. Ketika hasil PB 1 awal sekolah keluar, saya tidak begitu heran dengan hasil saya yang bisa dibilang ancur-ancuran lah. Ditambah lagi dengan matkul mandarin saya yang nilainya 20 an hahahah. "Ya udahlah, namanya juga lagi adaptasi" pikir saya saat itu. Yang bikin saya kaget adalah ternyata banyak teman sekelas yang orangtuanya di panggil oleh wali kelas karena nilai mereka yang begitu rendah. Kalau tidak salah sih setelah teman saya cerita, walikelas kira-kira ngomong gini ke ortu teman saya, "kalau saran dari saya pindah sekolah Bu, soalnya kalau dipaksain tetap di sini (Sutomo) takutnya ntar gak naik (tinggal kelas)". Jadi memang sekolah ini terlihat bukan mengutamakan bisnis, tapi lebih ke arah kualitas.

Karena merasa tidak kuat bila hanya mengandalkan sekolah formal, saya mengikuti kursus les. Isi materinya ya soal-soal eksak. Dulu semua siswa sebutnya MaFiA. Matematika, Fisika, dan Kimia. Jam lesnya? Ya tiap hari. Bahkan menjelang ujian PB, les tetap buka di hari minggu untuk mematangkan persiapan. Dan bukan hanya saya, hampir semua siswa Sutomo mengikuti les. Tujuan utamanya hanya sekedar bisa bertahan di sekolah ini. Jangankan dapat ranking, tidak kena SP ortu saja udah senang wkwkwkwkwk. Sistem sekolah ini saya akui bagus, membuat siswanya disiplin dan berjuang hahahaha. Tapi saya rasa terlalu berlebihan. Sebut saja dengan soal ujiannya yang setelah saya telisik lebih lanjut, itu setara dengan soal-soal olimpiade bahkan tingkat nasional di Indonesia. Tapi sisi positif sekolah ini tentunya mempersiapkan siswanya menghadapi SBMPTN. Siswa lulusan Sutomo banyak masuk perguruan tinggi negri, bahkan banyak juga yang targetnya ke NTU atau NUS Singapura. Saya yang mengira awalnya bahwa modal ilmu di Sutomo ini dapat berguna hingga kuliah, ternyata keliru. Ilmu tersebut hanya sampai tes SBMPTN, setelah kuliah? Ya yang berguna cuma fisika dan matematika hahaha. Itupun fisika dan matematika basic. Jadi sebenarnya sekolah SMA 3 tahun manfaatnya 95% hanya untuk bekal SBMPTN hahaha. Syukur saya akhirnya bisa masuk ke Teknik Fisika UGM dengan modal yang berat sejak SMA. Walau ilmunya banyak yang udah hilang hahahaha.

Di Sutomo ini wadah pengembangan peminatan terhadap skill dan keahlian juga saya bilang sangat rendah. Misalnya saja ekskul nya yang juga sangat umum. Palingan ekskul-ekskul spesifik adanya seperti kelas robotika dan komputer (animasi visual). Paling banyak ya ekskul bahasa tentunya. Jadi bisa dibilang hanya berfokus pada kualitas akademik. 

Sistem SBMPTN

Saya gak begitu update tentang standar masuk SBMPTN (tes masuk Perguruan Tinggi) saat ini. Yang saya tahu pada zaman saya dulu, soalnya sama gilanya dengan soal PB di Sutomo. Dulu saya masih ingat, saat kelas 12 saya mengikuti bimbel kelas khusus persiapan SBMPTN. Harganya? 10 juta dengan materi les selama 6 bulan. Siang sepulang sekolah jam 3, saya langsung menuju bimbel untuk mengikuti les. Jam 6 pulang ke rumah naik angkot udah dalam kondisi pusing mual lemas hahahahah. Persis udah kayak orang linglung. Nyampe rumah cuman makan sama mandi, abis itu pasti langsung tidur. Besoknya udah harus berangkat sekolah lagi jam 6 pagi. Ya begitulah rutinitas saya selama 1 tahun. Target saya sudah bukan UN, tapi udah SBMPTN.

Pandangan saya terhadap sistem ini, seharusnya sistem ini dibaharui. Alasan saya ada beberapa hal, :

1. Standar soal begitu tinggi, sementara standar pendidikan di masing-masing daerah tidak merata. Bisa jadi siswa di Jakarta bisa mengerjakan soal matematika dengan mudah, sedangkan siswa di Papua perkalian saja masih lambat (hanya contoh).

2. Untuk apa memasukkan suatu standar, yang saat kuliah kemungkinan besar tidak diulangi lagi. Banyak ilmu eksak yang saya rasa terlalu berlebihan untuk digunakan sebagai standar SBMPTN. Misalnya aljabar deret, fisika kuantum, dan kimia yang campur bahan2 wkwkwk. Apakah Teknik Fisika mengaplikasikan fisika kuantum? Tidak. Apakah Teknik Kimia mengaplikasikan campur2 bahan? Tentu tidak, teknik kimia concern ke bidang perancangan sistem dan pabrik. Jadi untuk apa membuat suatu standar tinggi tapi pada akhirnya tidak aplikatif. Ini yang begitu saya sadari ketika saya kuliah dan kerja.

Saran saya untuk standar SBMPTN/sejenisnya, pilih soal yang aplikatif saja. Pasti tenaga pendidik paham lah makna aplikatif disini seperti apa. Kedua, harusnya sistem SBMPTN sekarang sudah menyertakan soal mengenai keahlian dan skill. Misalnya ketika seorang mau masuk bidang teknik, diberikan soal terkait aplikasi ilmu teknik. Seorang yang memiliki minat programming diberi soal mengenai pemrograman. Ya tidak perlu juga kan minat teknik tapi diberi soal anatomi tubuh manusia. Tidak perlulah standar SBMPTN memberatkan siswa, apalagi memaksa seseorang ahli dalam semua ilmu. Sudah saatnya standar test Universitas harus spesifik dan menjurus kepada bidang peminatannya menurut saya.

Teknik Fisika

Okei selanjutnya saya akan membahas mengenai teknik fisika dan kurikulum perkuliahan. Teknik Fisika secara definisi umumnya merupakan ilmu yang memanfaatkan fenomena-fenomena fisika dalam aplikasi ilmu teknik. Ilmu teknik gabungan yang include di Teknik Fisika seperti ilmu teknik mesin (mechanical dan energy conversion), Elektrikal (Arus lemah, Kontrol, dan Telekomunikasi), Teknik Kimia (Proses), dan Teknik Material. Itulah mengapa Himpunan Mahasiswa Teknik Fisika ITB memiliki logo bajak laut, yang melambangkan bahwa teknik fisika "membajak" ilmu-ilmu teknik lainnya.

Logo HM Tekfis ITB

Di Teknik Fisika UGM sendiri seperti yang pernah saya sampaikan, memiliki 3 peminatan ilmu :

1. Peminatan Kontrol dan Instrumentasi
2. Peminatan Energi Terbarukan dan Konversi Energi
3. Peminatan Akustik/ Fisika Bangunan.

saya dengan korsa tekfis UGM wkwkw

Dunia Kerja

setelah pendadaran

Setelah saya lulus dari UGM, saya bekerja di salah satu distributor Siemens sebagai Technical Support. Siemens sendiri sudah terkenal sebagai perusahaan pembuat peralatan pabrik seperti Field Instrument (Sensor, Transmitter, Positioner). Electrical Device ( Kontaktor, Power Supply, Motor, Inverter), Factory Automation (PLC, Remote I/O Module, Switch Hub), dan Industrial Communication (Kabel, Communication Module). 

Mungkin ada yang berpikir bahwa semua yang saya sebut di atas merupakan materi yang sudah saya terima sejak saya kuliah. 

Jawaban saya : bekal kuliah saya bahkan tidak sampai 5% dari pemahaman saya tentang instrumentasi hingga saat ini.

Banyaj pernyataan dan pertanyaan yang sering saya dengar bersliweran 

Lah namanya juga fresh graduate, wajarlah gak paham apa-apa

Mungkin di tempat kerjaan kamu beda dengan yang dibahas dosen

Emang di kuliah gak diajarin sama dosen di UGM?

Pertanyaan dan pernyataan di atas, mungkin ada benarnya. Tapi tidak salah jikalau kita ingin lebih siap masuk ke dunia kerja, kita harus mengkoreksi kurikulum perkuliahan. Sejujurnya, ada satu hal yang menjadi beban terberat saya. Menulis kalimat "majoring on instrumentation" pada CV saya ketika saya lulus dari UGM. 

headline of my CV hahahaha


Mengapa saya katakan "beban"? Karena keberanian itu timbul hanya dari pengalaman KP saya di PT.Saka dan berbekal sertifikat pelatihan PLC di Institut Teknologi Bandung. Kalau pas interview ditanya tentang instrumen?  

Ya jawaban saya didominasi :

"hmm belum pernah Pak...... hmmm kurang paham Pak".

Ya begitulah dilema yang saya alami. Saya merasa tidak membawa bekal banyak dari perkuliahan. Entah saya yang kurang memiliki inisiatif belajar sendiri, entah saya yang tidak paham seperti apa realistis dunia kerja yang akan saya hadapi di depan.

Ketika hari pertama saya bekerja, saya masih ingat betul ditanya mengenai ini :

 "Wiring transmitter paham kan?".

2-wire wiring transmitter

Saat di kampus dulu ya saya cuman diajarin jenis-jenis transmitter. Untuk wiringnya? ya gak pernah diajarin lah. Kemudian ketika saya diberi materi PLC saat bekerja, saya begitu percaya diri bahwa saya pasti udah paham 60% terkait PLC berbekal sertifikasi pelatihan di ITB. 

Kemudian mentor saya berkata,

"Franky tolong PLC nya kamu wiring dulu ya". 

Ya kembali saya dengan malu berkata bahwa saya tidak paham. Malu memang, kelihatannya seperti pelatihan saya dulu sia-sia. Dulu pas pelatihan selama 3 hari, setiap hari saya diajarkan cara programming PLC. Tapi tidak ada satupun peserta yang curious terkait wiringnya. Padahal menurut saya, programming dan wiring itu sama pentingnya. Saat kerja ini juga saya baru lihat dan megang secara langsung berbagai jenis transmitter. Bahkan saya juga diajari dan dituntut untuk bisa men-setting beberapa jenis transmitter, dan ternyata setelah saya pahami bahwa beda jenis transmitter, beda pula cara settingnya hahaha.

TF C UGM 2015, was taken on 24th April 2021

Setelah teman-teman sekelas saya saat kuliah dulu melakukan reuni kecil-kecilan, saya dapat menyimpulkan bahwa ternyata teman-teman teknik fisika UGM banyak beralih ke pengolahan dan pemrosesan data. Ada yang menjadi data scientist, data engineer, dan data analytics. Kalau kesimpulan saya sih, fenomena ini timbul atas 2 hal : lapangan kerja mengenai segala sesuatu yang berbau data di era digital ini sangat diperlukan untuk analisis dan pengambilan keputusan perusahaan, dan yang kedua tentunya mereka tidak begitu mendapat bekal yang cukup selama kuliah di teknik fisika. Kenapa tidak mendapat bekal yang cukup? Ya karena sarana penunjang antara teori dan praktek yang saya sampaikan di atas selama perkuliahan sulit direalisasikan. Saat kuliah mahasiswa tidak pernah melihat langsung transmitter, saat kuliah mahasiswa tidak pernah lihat langsung PLC, saat kuliah mahasiswa tidak pernah diajarin program HMI. Ya saya gak begitu tau penyebab tidak adanya pengadaan barang-barang tersebut di laboratorium. 

Tapi yang bisa saya sampaikan "Practice is the best education". 

Kalau alasan teman saya sih umumnya sama,  "Gw gak merasakan passion di teknik fisika". Menurut saya penyebab utamanya ya karena mereka tidak mendapat practice yang cukup selama kuliah, sama seperti saya juga. Tapi saya bersyukur bahwa saat kerja sekarang, saya benar-benar dibimbing dari awal untuk belajar instrumentasi lebih dalam. Saya tidak bermaksud memberikan komen negatif atau kritik terkait pekerjaan teman saya, tapi saya mau fokus kepada pengaruh bekal kuliah terhadap dunia kerja.

Tapi kan kebanyakan orang pekerjaannya berbeda dengan bidang pendidikannya.....

Ya realita nya seperti itu, tapi saya rasa penyebab realita di atas adalah seperti apa yang saya sampaikan sebelumnya.

Apa yang perlu kita koreksi terkait pendidikan di Indonesia?

Menurut saya ada beberapa hal yang perlu diperbaiki dalam setiap tingkatan pendidikan di Indonesia :

1. Kurikulum SMP saya rasa sudah bagus, tapi menurut saya pemisahan antara IPA dan IPS sudah harus dilakukan sejak kelas 8 SMP, bukan kelas 11 SMA. Di samping itu yang perlu disoroti adalah terkait ekstrakulikuler yang seharusnya sudah mengarah kepada skill dan keahlian dasar.

2. Kurikulum SMA menurut saya sudah harus disisipi dengan keahlian-keahlian yang sudah mengarah kepada minat perkuliahan.  Perlu adanya ekskul terkait skill dan keahlian lanjutan,misalnya ditambahkan ekskul desain seperti Autocad and Solidwork Electrical dan Mechanical design bagi siswa yang minatnya ke teknik, Corel Draw dan photoshop  design bagi siswa yang minatnya ke multimedia, basic programming bagi siswa yang minatnya ke pemrograman, dsb. Kalaupun ada materi-materi eksak, menurut saya secukupnya saja. Di tingkat ini pula seharusnya sudah ditanamkan jiwa wirausaha kepada setiap siswa.

"Ya kalau seperti itu mending masuk STM atau SMK saja!"

STM/SMK itu terkait skill memang bagus, tapi yang menjadi nilai lebih SMA disamping teorinya adalah pembinaan disiplin dan karakter yang menurut saya masih lebih bagus. Disamping itu ada skill-skill general seperti bahasa yang saya rasa juga menjadi nilai tambah SMA.

3. Kurikulum perkuliahan harusnya sudah 50% teori : 50% praktik. 

"Tapi kan alat-alat praktek mahal?" 

Ya memang seperti itu caranya agar mahasiswa Indonesia maju dan siap kerja. Kalau cuma teori di kelas terus, saya rasa sampai kapanpun akan banyak produk mahasiswa yang tidak siap menghadapi realita pekerjaan.

"Kenapa tidak masuk D3?"

Saya rasa keunggulan S1 dibanding D3 ada di pola pikir terstruktur. Saya begitu mengacungi jempol kepada mahasiswa D3 terkait keterampilan mereka, tapi untuk setiap tingkat pendidikan pasti ada perbedaan. S1 dengan masa kuliah lebih lama seharusnya lebih memiliki pola pikir yang terstruktur dan sistematis dalam menghadapai problema.

The Phenomena

1. Dulu saya punya teman SMP. Ketika SMA, kami berpisah dan tidak berada pada satu sekolah. Saya tahu dia begitu pintar, dibuktikan dengan partisipasinya dalam OSN (Olimpiade tingkat SMA) hingga tingkat Nasional. Ketika kuliah, saya begitu kaget mendengar bahwa dia tidak lolos di Univ negri manapun saat SBMPTN. Dan fenomena ini terjadi tidak hanya kepada satu teman saya. Analisa saya adalah bahwa dia terlalu mengorbankan waktu belajarnya untuk olimpiade, sementara dia tidak mempersiapkan dirinya untuk paham semua bidang (standar Indonesia untuk SBMPTN wkwk). Miris memang, tapi realitanya adalah seperti itu.

2. Ketika saya kuliah di UGM, saya melihat fenomena sedikit banyak mahasiswa UGM yang memilih pindah ke sekolah kedinasan. Alasan pertama mungkin jurusan kuliah itu tidak sesuai dengan keinginannya. Alasan kedua tentunya adalah "kepastian". Yaa di zaman sekarang ini, gelar sarjana tidak menjamin seorang cepat dan mudah mencari pekerjaan. Kenapa orang memilih kedinasan? Ya karena uang sekolahnya gratis, langsung kerja, dan ada yang langsung bisa jadi PNS. Siapa orang di zaman ini yang tidak tergiur dengan kepastian? Bukan berarti saya merendahkan atau meletakkan stigma negatif pada kedinasan, tapi kembali kepada motif utama tadi. Apakah kampus/universitas tidak mampu memberikan jaminan/kepastian kepada mahasiswanya terkait pekerjaan? Terkait masa depan?

"Kampus kan cuman memberikan materi, selanjutnya ya mahasiswa lah yang menentukan masa depannya"

Tapi kalau tidak memiliki keahlian, bagaimana bisa memiliki daya saing? Keahlian timbul dari sarana dan prasarana kampus yang memadai. Jadi menurut saya kekurangan sistem pendidikan kampus ada pada aktualisasi antara teori di kelas dengan kenyataan di lapangan.

Di akhir kata menurut pandangan saya, seluruh petinggi di bidang pendidikan perlu lah setidaknya mengkaji ulang kurikulum mereka dari jenjang terendah sampai tertinggi apakah sistem yang sudah ada masih relevan dengan zaman digitalisasi saat ini? Apakah sistem yang sudah ada koheren dengan minat dan skill peserta didik atau masih merepotkan dengan pelajaran yang tidak perlu? Apakah sisem yang sudah ada mampu merangsang jiwa wirausaha dalam diri peserta didik? Semoga kedepannya sistem pendidikan di Indonesia lebih baik dan maju.


TERIMAKASIH untuk GURU dan TENAGA PENDIDIK!!!!!!!!