Pengalaman Management Trainee (Mill) di PT. KLK Agriservindo, Berau, Kalimantan Timur (Agustus 2020) | PART 7
Teknik Fisika dan Kelapa Sawit
Hari pertama kerja, saya dan Mas Michael sudah bangun begitu pagi. Saya masih ingat betul malam hari sebelumnya, saya setting alarm jam 05.30 WITA pagi wkwk. Setelah semua selesai, kami berjalan kaki menuju pabrik. Dengan helm putih kami kenakan wkwk banyak orang dengan ramah menyapa kami bahkan menawarkan tumpangan. Karena jarak pabrik yang hanya sekitar 200 meter, kami begitu semangat berjalan wkwk maklum hari pertama kerja. Bahkan saya masih sempat berfoto sejenak di depan pabrik wkwk
Note : *Helm putih : jabatan ekskutif, *Helm biru : staff, *Helm merah : mandor,
*Helm kuning : karyawan
First time picture in front of mill |
Hari pertama kerja, Manajer Mr FM langsung meminta saya untuk belajar di laboratorium. Sementara itu Mas Michael ditempatkan di gudang tempat penyimpanan barang maupun spare parts yang dibutuhkan pabrik. Hari pertama saya ditempatkan di lab, saya belajar banyak hal terkait bagaimana divisi laboratorium memegang peran penting dalam quality check dan quality control produk maupun kondisi minyak dalam beberapa stasiun di pabrik. Oiya, pabrik kelapa sawit memiliki beberapa stasiun pengolahan yang nanti akan saya jelaskan sekilas wkwk.
Pabrik ini sendiri memiliki 2 orang Asisten Manajer , 1 orang Senior Asisten Manajer, dan 12 orang Staff. Divisi yang ada seperti Sustainibility, Process, Maintenance, Laboratorium, Despatch, Limbah, dan beberapa lainnya (saya gak begitu ingat wkwk). Setelah jam istirahat, Mr M mengajak kami ke pabrik untuk berkenalan dengan Senior Asisten Manajer. Mr M begitu dekat dengan kami, mungkin karena beliau juga hanya terpaut satu tahun di atas kami, jadi beliau merasa senang dengan kehadiran kami di pabrik tersebut.
Oiya sebenarnya program MT Mill KLK punya silabus terkait dengan jadwal pembelajaran masing-masing divisi, namun pembelajaran kami tidak mengikuti silabus wkwk. Saya sebenarnya lebih suka berbincang-bincang dengan Mr M terkait pandangan saya terhadap kelapa sawit berdasarkan bidang studi saya. Hal tersebut yang pernah saya bahas dengan beliau ketika di kantor.
Teknik Fisika dan Kelapa Sawit
Oiya, latar belakang pendidikan saya adalah Teknik Fisika. Saya sebenarnya terdapat pada arsiran abu-abu diagram Venn kalau terkait dengan peminatan. Bagi saya, yaudah ambil mata kuliah yang gampang dan gak bikin pusing aja wkwk. Walau begitu, saya tetap paham terkait dengan sistem otomasi maupun instrumentasi (ya dikit-dikit lah wkwk). Kerja praktek saya juga dahulu belajar tentang otomasi. Dan setelah lulus kuliah saya sempat mengikuti training bersertifikat di ITB terkait dengan sistem otomasi. Ya, begitulah saya. Setelah lulus saya baru menentukan peminatan bidang kerja wkwk.
"Pak, kenapa di pabrik ini belum terotomasi secara terpusat (controlled from one room)" tanya saya membuka perbicangan. Kemudian saya menjelaskan alasan saya mengenai keuntungan jikalau suatu pabrik terotomasi secara terpusat. "Ya sebenarnya banyak pertimbangan sih Pak. Pertama, berarti pabrik harus berhenti dan dibangun sistem otomasi dari awal. Mungkin menjadi pertimbangan petinggi jikalau harus menghentikan operasional pabrik. Kedua ya nanti berarti tugas karyawan akan digantikan dengan sistem yang sudah dikontrol melalui suatu ruangan, dalam arti akan ada PHK karyawan. Mungkin juga sawit belum menjadi komoditi kelas high seperti oil and gas" jawab beliau. Bagi saya jawaban beliau benar dan tidak bisa dipersalahkan.
Instrumentasi secara fungsional |
Opini saya pribadi, sistem otomasi sangat diperlukan dalam era saat ini. Banyak faktor pendukungnya, apakah itu dari segi keselamatan, dari segi penyimpanan data histori operasi mesin dan lain-lain. Namun, jawaban beliau bagi saya sudah cukup untuk menjelaskan pertanyaan saya. Di pabrik ini sebenarnya terdapat beberapa stasiun yang menggunakan sistem otomasi. Namun sistem otomasinya masih hanya sebatas stasiun tersebut (tidak dapat dikontrol secara jarak jauh dan tidak terpusat). Seperti stasiun boiler, stasiun sterilizer dan stasiun biogas. Itupun saya rasa hanya berupa PLC (saya tidak begitu paham) karena hanya berupa timer, dan controller secara sequencing time. Untuk stasiun lainnya masih menggunakan device elektrik seperti relay dan dikontrol secara manual oleh operator (menggunakan push button). Peralatan instrumennya juga tidak begitu banyak, seperti aktuator (safety valve, pressure relief valve) maupun beberapa sensor (pressure sensor, temperature sensor, approximity sensor).
Pernyataan beliau tadi sebenarnya membuat saya sedikit galau. "Waduh berarti saya gak bisa belajar instrumen lagi nih di pabrik ini" begitulah saya berujar di dalam hati.
Comments
Post a Comment