Thursday, April 28, 2022

INSTALASI dan COMMISIONNING CLAMP ON ULTRASONIC | INSTRUMENT PART 19

Pada bagian ini, saya mungkin akan sharing mengenai instalasi dan commisionning Flowmeter Ultrasonic Clamp-On. 

Seperti yang kita tahu, Flowmeter tipe Ultrasonic sendiri memiliki 2 tipe sensor, tipe in-line dan clamp-on. Pada tipe in-line. terbagi lagi menjadi 2 ; pertama ada yang include dengan potongan pipa (sensor dan pipa sudah dipasang di factory), kedua ada yang hanya berupa sensornya saja, sehingga pipa existing user nantinya harus di lubangi. Perlu kembali kita ingat bahwa tipe inline ini hanya menggunakan tipe pengukuran direct. Sedangkan clamp-on tidak ada yang include bersama pipa dari factory, karena pemasangannya yang simpel dan tidak perlu melubangi pipa.

Clamp On UT Flowmeter

InlineUT Flowmeter

Pada bagian ini saya akan sharing terkait prosedur instalasi dan commisionning Clamp On UT Flowmeter.

Device pada sistem ini adalah :
1. Sensor/Transducer
2. Transmitter
3. Sensor Housing 
4. Strapper (pengikat sensor ke pipa)
5. Couplant (Media cairan antara sensor dengan pipa)
6. Spacing Bar (Pengukur jarak antar sensor)
7. Kabel sensor ke transmitter
8. Amplas spoon

Tools :
Obeng plus dan minus
Multimeter
Kabel tambahan (opsional)

Prosedur
1. Tentukan letak pemasangan sensor di pipa. Sesuai manual, jarak minimum sensor UP (Hulu) dari obstacle (elbow, reducer, atau valve) adalah >= 10DN, sedangan jarak minimum sensor DOWN (Hilir) dari obstacle setelahnya adalah >= 5DN.

2. Setelah rencana letak sensor ditentukan, gunakan amplas untuk menghaluskan permukaan pipa. Pipa harus benar-benar bersih untuk meminimalkan sinyal yang dapat terdeviasi. Karena prinsip UT Flowmeter adalah dengan sistem emitter-receiver, sinyal harus diterima secara baik oleh receiver.

3. Masukkan sensor kedalam sensor housing, kemudian kencangkan baut.

4. Oleskan couplant pada permukaan bawah sensor. Couplant juga merupakan faktor penting agar sinyal dari sensor merambat secara uniform pada permukaan pipa.

5.Tempelkan sensor dan sensor housing pada pipa yang sudah diamplas. Lilitkan strapper pada badan pipa dan dudukan sensor. Kencangkan strapper hingga dudukan sensor tidak bergerak ketika digoyangkan.

6. Lakukan hal yang sama pada sensor down. Untuk menentukan jarak antara sensor UP dan DOWN, data-data harus diinput terlebih dahulu ke transmitter.

7. Input data pipa, fluida, dan tipe sensor ke transmitter. Data-data ini harus benar dan akurat, karena nantinya transmitter yang menentukan berapa spacing (jarak).



8. Setelah selesai input data, jangan lupa untuk lakukan installing drive pada tranmitter. Installing drive bertujuan untuk menyimpan semua data-data tadi.

9. Number index (jarak antar sensor) akan secara otomatis dihitung oleh transmitter.

10. Setelah mengetahui number index, atur jarak antar sensor menggunakan spacing bar. Pastikan jarak sensor sudah sesuai dengan index pada transmitter.

Transmitter with sapcing bar


Note : Number of index merupakan nilai jarak antar sensor yang dihasilkan dari perhitungan data pipa dan fluida (tebal pipa, liner ada atau tidak, material pipa, material liner, jenis dan suhu fluida). Number of index bertujuan agar sinyal yang dipancarkan sensor UP, secara sempurna diterima oleh sensor DOWN, tanpa adanya deviasi.

11. Jika semua data yang diinput benar, dapat dipastikan bahwa sinyal dan hasil pengukuran sudah akurat.

12. Hampir semua flowmeter memiliki satu syarat yang sama perihal akurasi pengukuran : Pipa harus dalam kondisi penuh fluida (Fully pipe fluid). 
Jawabannya sederhana : Karena kalau masih ada udara, media dan properties fluida itu berbeda dengan air dan akan memengaruhi pengukuran.

13. Sebenarnya kondisi pipa yang paling bagus  dipasang UT Flowmeter adalah pipa yang selalu penuh (tidak penting air mengalir atau tidak), karena UT menggunakan air sebagai media hambat sinyal. Lantas bagaimana jika kita ingin mengukur flow pada pipa yang setengah penuh? Solusinya adalah posisi sensor dipindahkan ke samping pipa.

pemasangan sensor disamping pipa

Intalasi sensor disamping pipa ini sebenarnya lebih aman dan baik untuk dilakukan. Alasan utamanya karena didalam fluida pasti ada udara. Udara akan naik dan mengisi rongga pipa bagian atas. Hal ini yang menyebabkan sinyal UT tidak diterima secara sempurna.

Oke mungkin itu saja yang dapat saya sharing untuk test and commisionning Clamp on UT.
Thanks


Wednesday, April 27, 2022

TEST & COMMISIONNING BW 500 dan BELT SCALE (WEIGHING INSTRUMENT) | INSTRUMENT PART 18

 Pada bagian ini, saya mungkin akan sedikit sharing mengenai test and commisionning BW 500 (Transmitter) dan Belt Scale (Sensor) SIEMENS untuk produk Weighing.

Belt Scale Idler

Note : Pengetahuan saya mengenai produk weighing masih sangat terbatas, saya akan sharing berdasarkan apa yang saya pahami dan lakukan di lapangan saja.

Variabel instrument tidak hanya menyangkut 4 hal (P, T, F, L), tapi segala sesuatu yang dapat diukur secara fisis dan dikonversi menjadi sinyal listrik, itu dapat menjadi variabel instrument. Dalam bahasan kali ini, akan dibahas system weighing (berat). Di dalam sistem weighing, pengukuran tidak hanya diaplikasikan pada bidang pengukuran statis, tapi juga dalam bidang pengukuran dinamis (beban/massa yang berjalan). Contoh nyatanya adalah pengukuran berat massa yang melewati konveyor.

Hal yang kita perlu pahami terlebih dahulu adalah mengenai jenis konveyor yang terpasang. Untuk weighing system sendiri, aplikasinya hanya dapat digunakan pada belt scale. Karena dulu saya pernah memiliki pengalaman di pabrik PKS (Pabrik Kelapa Sawit), saya melihat ada 2 jenis conveyor yang paling banyak digunakan. Pertama Screw Conv. dan Kedua Scrapper Bar Conv. . Dua jenis conveyor ini tidak dapat menggunakan instrument weighing jenis idler karena alas conveyor ini bersifat statis. 

Belt Conveyor

Screw Conveyor


Scrapper bar conveyor

Setelah kita memahami jenis conveyor yang dapat diaplikasikan, kita harus memahami terlebih dahulu bagaimana sistem pengukuran weighing ini. Prinsipnya sederhana, berat yang melewati sensor (load cell) akan dikalikan dengan laju kecepatan belt. Oleh karena itu pada sistem ini diperlukan speed sensor untuk mengukur kecepatan linear belt.

Rate (ton/jam) = Weight (kg/m) x Speed (m/s)
Rate (ton/jam) = (Weight x 0,001 kg/ton) x (Speed x  1 jam / 3600 s) 

Untuk formulanya hanya sesederhana itu.


Installation

Nah intalattion ini salah satu hal yang paling penting. Hasil pengukuran nantinya akan sangat dipengaruhi oleh installation (mekanikal).
Panduan lengkap instalasi bisa dilihat pada manual/datasheet MSI Belt Scale :


Inti dari prosedur instalasi itu sebenarnya hanya satu :
Memastikan tinggi 3 idler sebelum dan sesudah belt scale sejajar dengan bantuan benang (idler alignment) .



Test and commisionning.

Untuk test and commisioning, langkahnya sangat sederhana dan dapat dilihat di manual/datasheet BW 500 :


Intinya hanya 3 : Programming, Balancing, dan Calibration

1. Pastikan kabel eksternal dari Junction Box ke BW 500 sudah terpasang. (Kabel dari junction box ke BW 500 tidak disediakan oleh Siemens). 
Note :
*) 1 Kabel 6 wire shielded untuk 2 load cell
**) 1 Kabel 4 wire shielded untuk RBSS Speed Sensor

2. Koneksikan kabel Load Cell dan RBSS Speed Sensor ke pin Junction Box. Perhatikan warna kabel dan keterangan pada masing-masing terminal.

3. Koneksikan BW 500 dengan power AC/DC, dan kabel dari junction box. Perhatikan warna kabel dan keterangan pada pin BW 500. Pastikan kembali wiring sudah benar dan jangan lupa untuk koneksikan shield masing-masing kabel.

4. Setelah wiring sudah benar, langkah selanjutnya yang kita lakukan adalah programming BW 500. Masukkan masing-masing nilai parameter sesuai form yang diisi oleh user.

5. Setelah melakukan programming, lakukan load cell balancing.
5.1 Angkat belt conveyor yang berada di atas belt scale
5.2 Pilih parameter P295 pada BW 500.
5.3 Ketika ada perintah “Place weight at cell B and press ENTER“, letakkan batu timbang pada sisi load cell B, kemudian tekan enter.
5.4 Lakukan sebaliknya pada load cell A.
5.5 Setelah Balancing selesai, turunkan kembali belt conveyor.

6. Setelah itu lakukan Zero Calibration. Zero Calibration bertujuan agar BW 500 menghitung berat kosong rerata belt conveyor, sehingga BW 500 hanya menghitung beban batu bara yang lewat.
6.1 Pastikan kondisi conveyor kosong dan tidak ada beban diatasnya.
6.2 Jalankan conveyor
6.3 Tekan tombol Zero pada BW 500 dan tunggu sampai BW 500 menunjukkan angka 100%.

7. Setelah lakukan Zero Calibration, lakukan Span Calibration. Span Calibration bertujuan untuk kalibrasi Belt Scale saat diberi beban yang diketahui jumlahnya. Disini kami menggunakan 2 batu timbang dengan berat total 16,26 kg. Note : Berat batu timbang untuk span calibration diinput pada parameter P017. Gunakan data berat dan jarak rerata antar inder (test load : 16,26 kg, idler spacing : 1,2 meter)
7.1 Pastikan kondisi conveyor kosong dan tidak ada beban diatasnya.
7.2 Letakkan batu timbang tepat di tengah gantungan belt scale.
7.3 Jalankan conveyor
7.4 Tekan tombol Span pada BW 500 dan tunggu sampai BW 500 menunjukkan angka 100%.

Belt Scale (kanan) dan speed sensor (kiri)

Batu timbang untuk kalibrasi


Terimakasih.