Sunday, January 24, 2021

Continuous Level Transmitter | INSTRUMENT PART 4

Level Transmitter

Continuous Level Transmitter

Continuous level transmitter berarti transmitter dapat mengukur secara real time nilai ketinggian fluida/bulk/slurry di dalam tangki. Jadi kalian cukup memasang 1 transmitter untuk memonitor ketinggian tangki. Oiya kalau misalnya isi tangki berupa slurry ataupun solid, maka setidaknya minimal kalian harus memasang 2 transmitter. Karena nilai tertinggi tentunya berada di bawah input tangki (permukaan tidak rata) seperti gambar di bawah. Biasanya akan dihitung nilai rerata dari kedua transmitter, kemudian nilai rata-rata lah yang akan di tampilkan di display sebagai hasil pengukuran.


solid vs liquid level measurement

Okei back to the topic, ada beberapa jenis continous level transmitter yang umum digunakan, seperti :

1. Ultrasonic Level Transmitter

Berbeda dengan saudaranya tipe point level measurement, transmitter ini dapat mengukur level secara real time. Prinsip kerja sensornya sih sama aja kayak ultrasonic point level transmitter (menggunakan gelombang suara ultrasonik), hanya saja tidak perlu di setting nilai ketinggian target yang ingin dicapai. Transmiter jenis ini cenderung lebih murah dibanding musuh bebuyutannya yang akan saya sebutkan di bawah wkwkwk.  Oiya frekuensi ultrasonik sendiri di kisaran 20000 Hz dengan kecepatan suara yaitu 340 meter/detik (di udara).


UT Transmitter with display

UT Transmitter without display



2. Radar Transmitter

Nah ini yang menjadi musuh bebuyutan ultrasonik wkwk. Wajarlah jenis yang satu ini terbilang paling handal di kelasnya untuk mengukur level. Prinsip pengukurannya sama kayak ultrasonik, hanya berbeda pada gelombang yang dibangkitkan. Transmitter ini membangkitkan gelombang radar dari frekuensi 6 GHz hingga 78 GHz (tergantung tipe transmitternya). Gelombang radar sendiri berbeda dengan gelombang ultrasonik. Gelombang yang satu ini tidak memerlukan medium untuk merambat. Kecepatan gelombang radar seperti kecepatan cahaya yaitu 300.000.000 meter/detik (di udara).





Oiya jenis antena radar ini ada banyak, bisa berupa rod (batang) maupun horn (corong)

Ultrasonic vs Radar

Oiya sebelum bahas jenis lain, saya mau jelaskan sedikit kelebihan dan kekurangan 2 jenis transmitter ini. Secara teoritis dalam electromagnetic wave spectrum, ultrasonik berada di spektrum gelombang radio dengan frekuensi 20000 Hz, sementara radar berada di spektrum gelombang microwave dengan frekuensi 6 GHz hingga 78 GHz seperti gambar di bawah 


Electromagnetic wave spectrum

Namun, sebenarnya ada beberapa kelebihan dan kekurangan masing-masing jenis (bukan berarti yang mahal selamanya lebih bagus ya wkwk). Transmitter tipe ultrasonik sangat sensitif terhadap disturbance. Misalnya pada tangki untuk menyimpan bijih logam seperti batubara. Bijih yang baru saja jatuh dapat mengacaukan hasil penugukuran transmitter ultrasonik. Hal ini disebabkan karena Ultrasonik sangat sensitif terhadap benda berwujud solid seperti debu. Artinya jikalau benda berwujud solid menghalangi gelombang UT, maka disturbance tadi akan dianggap sebagai tinggi aktual solid di dalam tangki. Berbeda dengan UT, Radar sangat tidak sensitif terhadap disturbance. Hal ini dikarenakan frekuensi radar yang tinggi, sehingga solid berupa disturbance dapat dengan mudah ditembus radar. Kalau orang bilang sih, "Ada harga ada kualitas " wkwk. Prinsipnya sih sama kayak rontgen yang menggunakan Xray, makin tinggi frekuensi makin besar daya penetrasinya untuk menembus objek.

Xray ability to penetrate object

Tapi ada kasus tertentu dimana UT merupakan pilihan tepat selain harganya yang murah. Radar tidak cocok digunakan di dalam tangki yang berisi bijih plastik. Akan terjadi fenomena listrik statis yang akan menggangu sinyal radar yang dipancarkan. Sehingga untuk aplikasi bijih plastik, lebih tepat menggunakan Transmitter ultrasonik.
UT dan Radar transmitter memiliki kesamaan dalam hal memancarkan gelombang dengan sudut tertentu. Jadi perlu penempatan yang sesuai untuk menghindari gelombang menabrak dinding sebelum terkena fluida, karena akan mengacaukan hasil pengukuran. Dan aturan pemasangan yang lain bahwa penempatan transmiter tidak boleh didekat input tangki, karna akan mengacaukan pengukuran juga.

Rules of Instalation




3. Guide Wave Radar (GWR)

Gelombang yang dipancarkan adalah sama yaitu gelombang radar. Sesuai namnya, transmitter ini menggunakan sejenis rod/batang yang dipasang dari transmiter ke dasar tangki. Berbeda dengan Radar Transmiter, Gelombang GWR tidak dipancarkan dengan sudut terntentu karena adanya Rod (batang). Rod ini yang nantinya sebagai media rambat gelombang radar. Prinsipnya yaitu menggunakan perbedaan konstanta dielektrik udara dengan bahan. Jenis transmiter ini juga yang cocok untuk mengukur tangki dengan 2 substansi bahan atau lebih (misalnya seperti tinggi minyak di dalam campuran minyak dan air. Kelemahan jenis ini ada pada biaya instalasi dan kerumitan proses maintenance.



 
4. Capacitance Continuous Level Transmitter

Prinsip kerjanya sama seperti capacitance point level yang sudah saya jelaskan sebelumnya. Intinya berdasarkan perubahan nilai kapasitansi yang semakin besar bila ketinggian fluida makin besar. Untuk lebih paham, bisa ditonton videonya  https://www.youtube.com/watch?v=MPCUDVp0WZc.



Pengalaman Management Trainee (Mill) di PT. KLK Agriservindo, Berau, Kalimantan Timur (September 2020) | PART 12

 

Palm Oil Mill Station | Part 2

5. Stasiun Digester

Stasiun ini berfungsi untuk melepaskan daging buah dari nut agar lebih mudah nantinya ketika di press. Komponen di stasiun ini berupa tangki digester yang didalamnya terdapat pisau berlengan pendek dan berlengan panjang. Pisau ini digerakkan menggunakan electromotor. Di dalam tangki digester juga di tembakkan steam untuk mempermudah pelepasan daging dari nut.




6. Stasiun Pressing

Stasiun ini seperti namanya berfungsi untuk mengeluarkan minyak (oil) dari daging buah. Nama alatnya sendiri adalah screw press. Prinsip kerja screw press adalah dengan menggunakan tekanan hidrolik, dimana terdapat bagian statis dan dinamis. Bagian statis akan menahan buah, kemudian di sisi lain cone akan menekan buah dengan gerakan maju mundur. Nah didalam screw press ini juga terdapat press cage (berupa lubang-lubang kecil seperti saringan) yang akan melewatkan minyak jatuh ke bawah, sementara itu bagian lain seperti fiber, shell dan kernel akan terkumpul menjadi satu bagian.


Oiya ada bagian ini, air panas ( 85 derajat Celcius) akan terus disemprotkan selama proses pengepresan. Tujuannya adalah untuk water dilution, yaitu mempermudah minyak terlepas dari daging buah dan tidak tersumbat di press cage.

Komponen lain setelah pressing station

Sand Trap

Sesuai fungsinya, alat berupa tangki ini berfungsi untuk mengendapkan solid-solid yang tidak diinginkan di dalam minyak. Prinsipnya adalah menggunakan fenomena perbedaan massa jenis menggunakan gaya sentrifugal, dimana partikel solid akan jatuh kebahwah, dan minyak akan tetap berada di atas, untuk selanjutnya minyak  masuk ke vibrating screen. Fenomena ini terjadi karena terciptanya pusaran di sand trap.

sand trap

 

Vibrating Screen

Alat ini seperti ayakan tepung wkwk. Komponen yang membuat alat ini bergetar tentunya adalah electromotor. Lubang-lubang (istilahnya mesh) pada ayakan ini berukuran mikron yang tentunya dapat menghambat partikel solid yang dimensinya lebih besar dari mesh tersebut. Oiya kalau saya gak salah ingat, terdapat 2 stage mesh di dalam satu vibr screen, yang artinya terjadi 2 tahap ayakan untuk memastikan solid tidak terikut di dalam minyak.

vibr screen


Crude Oil Tank

Fungsi tangki ini adalah menyimpan minyak setelah melewati vibrating screen. Hal ini juga tentunya untuk mengendapkan pengotor solid lain yang masih terikut di dalam minyak.

COT


Saturday, January 23, 2021

Pengalaman Management Trainee (Mill) di PT. KLK Agriservindo, Berau, Kalimantan Timur (September 2020) | PART 11


Palm Oil Mill Station | Part 1

Udah lama nih gak ngelanjutin part pengalaman di palm oil mill KLK wkwk. Okei di part ini saya akan bahas detail proses di palm oil mill walau gak begitu detail lah ya wkwkw.

Shoot on the loading ramp station

Mengenai foto di atas sebenarnya ada kisah sedih di baliknya wkwkw tapi ntar aja saya ceritakan di part lain. Okei back to the topic....

Proccess Flow Diagram Palm Oil Mill



Ya sebenarnya flowchart di palm oil mill seperti itu, tapi masalah di lapangannya tidak sesimpel itu wkwk. Okeii saya akan menjelaskan per stasiun menurut pemahaman saya. (note : oiyaaa.. foto stasiun di bawah ini bukan di ambil dari pabrik selama saya kerja di KLK, karena saya paham privasi pabrik)


1 Stasiun Penimbangan (weight bridge station)

Seperti namanya, ya stasiun ini fungsinya untuk penimbangan buah masuk. Caranya? Truk yang mengangkut buah ditimbang. Kemudian truk akan ditimbang kembali sebelum keluar dari pabrik. Berat buah masuk diketahui dari selisih berat masuk dan keluar truk. Stasiun ini juga tempat pengecekan surat izin/jalan truk yang masuk. Terkait dengan stasiun ini, ada instrument device yang digunakan, yaitu load cell. Sebanyak 4 buah sensor load cell yang fungsinya sebagai sensor berat diletakkan di ujung jembatan timbang. Keren kan?

load cell for mass measuring sensor

weightbridge palm oil mill


2 Stasiun Loading Ramp 

Sesuai dengan namanya, stasiun ini berfungsi sebagai tempat pemilahan (grading) dan penimbunan sementara tandan buah segar yang baru diturunkan dari truk. Biasanya stasiun ini berupa tanah lapang yang luas, dan memiliki tempat berciri miring untuk menampung tandan sawit. Di lapangan ini lah para karyawan mensortir buah untuk mendata kondisi buah yang masuk. Bukan berarti buah yang sakit/rusak tidak akan diolah yaa, namun data ini nantinya yang akan menjadi bahan untuk laporan ke pihak kebun jikalau ada komplain dari pihak pabrik.

loading ramp

3. Stasiun Sterilizer

Stasiun ini merupakan salah satu stasiun vital di palm oil mill. Stasiun ini merupakan proses awal pada pengolahan kelapa sawit. Sesuai dengan namanya, stasiun ini berfungsi untuk perebusan tandan buah sawit. Oiya perebusan ini sebenarnya memiliki banyak tujuan mulia wkwk tapi saya gak akan menjelaskan detail karena udah lupa juga. 

Intinya ya untuk :

  • Menonaktifkan enzim lipase buah agar kadar FFA (Free Fatty Acid/ asam lemak bebas) tidak meningkat
  • Memudahkan pelepasan buah dari tandan (mempermudah tugas stasiun threshing)
  • Mempermudah proses pelumatan buah (mempermudah tugas stasiun pressing)
  • Mempermudah proses pelepasan shell dari kernel (mempermudah proses di kernel station)
Nah banyak kan fungsinya? wkwk. Stasiun ini juga yang merupakan salah satu stasiun yang harus menggunakan instrument device jenis kontroler berupa PLC (Programmable Logic Control). Alasannya? Karena tekanan kerja bejana ketika beroperasi berada pada rentang 0-3 bar dan suhu operasi di dalan bejana berada di kisaran 135 derajat Celcius. Nah disinilah fungsi Instrument memegang peran penting dalam hal safety. 

Komponen-komponen instrumen yang saya amati selama saya kerja di palm oil mill (sterilizer station) adalah :
  • Proximity sensor
    proximity sensor

  • Pressure relief  Valve
  • Selenoid Valve
  • Safety Valve
  • Aktuator : pneumatic valve
  • PLC dan panel
    PLC Panel on sterilizer station


Vertical sterilizer

Prinsip kerjanya ya sederhana. Steam dengan tekanan sekitar 3 bar ditembakkan masuk kedalam vessel sterilizer. Nah prinsip nya adalah dengan sistem peak/puncak, agar perebusan lebih efisien dan buah matang secara sempurna. Jadi ada waktu tembak steam, buang udara, tembak steam lagi, buang udara lagi. Gak seperti kita saat masak indomi wkwk. Penjelasan teoritisnya adalah bahwa udara dingin di sela-sela buah sawit adalah penghantar panas yang buruk, sehingga nantinya dapat menghambat kematangan buah sawit.
Oiya, di sterilizer ini sebenarnya minyak sawit banyak juga keluar bersamaan dengan air kondensat (steam yang berubah menjadi fase saturated water). Nah, dekat dengan sterilizer biasanya ada blowdown chamber untuk membuang udara panas dari dalam sterilizer sebelum buah yang sudah direbus dikeluarkan. Di dekat blowdown chamber ini lah biasanya dibuat condensate tank untuk menampung minyak sawit yang terikut bersama saturated steam water (uap air jenuh). Minyak sawit ini nantinya akan diolah kembali untuk membuang air dan kotoran lainnya.


blowdown chamber



4. Stasiun Thresher

Simpelnya, nama lain stasiun ini adalah stasiun pembantingan tandan sawit.Tandan dibanting berulang-ulang didalam drum yang berputar secara terus menerus (rev : 23 rpm). Nah tandan yang terbanting berulang-ulang inilah yang diharapkan akan melepaskan buah melalui celah-celah drum thresher. Buah akan masuk ke stasiun pelumatan, sementara tandan akan dibuang atau di press minyaknya.

Thresher




Point Level Transmitter | INSTRUMENT PART 3

Level Transmitter

Untuk variabel level, terdapat 2 prinsip pengukuran, yaitu : point level measurement dan continuous measurement.

Point Level Measurement : Pengukuran pada suatu nilai yang di setting. 
Pemahamannya misalnya seperti ini : Jikalau kalian meletakkan transmiter pada ketinggian 10 meter di dalam suatu tangki, maka ketika cairan sudah menyentuh 10 meter, maka transmiter akan memberikan sinyal ON. Jadi nilai/point ketinggian tersebut sudah di setting dari awal. Kalau misalnya ketinggian air 15 meter? Ya gak terjadi apa-apa, transmiter tetap akan mengirimkan nilai ON tanpa mengirimkan nilai tinggi air di dalam tangki, karena jenis ini hanya sebagai penanda apakah tinggi yang di setting sudah tercapai atau belum. Kalau mau tahu udah 15 meter gimana?  ya pasang transmiter jenis ini lagi di ketinggian 15 meter. Intinya kalian hanya akan mengetahui kondisi transmitter belum mencapai set point yang kalian setting atau belum tanpa tahu detail akurat tinggi tangki.

Jenis-jenis point level measurement adalah :


1. Tipe Kapasitansi

Seperti namanya, transmitter ini menggunakan prinsip perubahan kapasitansi. Saya hanya akan menjelaskan sedikit saja prinsip kerjanya, karena saya juga gak begitu paham detail istilah-istilah fenomena fisisnya. 
Prinsip kerja : Sesuai dengan prinsip kapasitor, terdapat 2 plat elektroda yang akan membangkitkan medan listrik. Nah, disini yang bertindak sebagai pelat 1 (pelat referensi) adalah transmiter, sedangkan pelat 2 adalah vessel/tangki tempat kita mengisi cairan, solid atau slurry.



Ketika di antara 2 plat diisi oleh cairan (konstanta dielektrik  cairan > konstanta elektrik udara) , maka nilai kapasitas kapasitor akan meningkat (sesuai kesebandingan rumus di atas, karena permisivitas itu sebanding dengan konstanta dielektrik)).  Nah semakin  besar luas area permukaan plat yang dipenuhi air, maka semakin besar kapasitansi terukur. Kalau kalian masih belum paham, bisa nonton video berikut :


Tampak atas : pada batang transmiter terdapat probe di pusat dan kapsul insulasi


Nah sebenarnya jikalau dipahami lebih dalam lagi,jarak pengukuran kapasitansi transmiter ini hanya dari probe instulation ke probe pusat (wkwk makin bingung kan), karena sejatinya akan terbentuk short circuit antara probe insulation dengan dinding tangki. Nah short circuit ini hanya akan terbentuk bisa batang transmitter terendam fluida, solid maupun slurry. Kalau belum paham coba tonton link di atas.


2. Tipe Getar (Vibrating)

Nah yang ini lebih gampang dipahami. Ketika dihubungkan dengan listrik, maka tuning fork (garpu sensing) akan bergetar dengan frekuensi tertentu. Nah jikalau garpu tersebut terendam fluida/bluk/slurry, maka frekuensi getar akan berubah dan diterima oleh osilator Perubahan ini lah yang menandakan bahwa nilai ketinggian sudah tercapai. Mudah kan?




3. Tipe Rotation Paddle

Tipe Rotation paddle juga mudah untuk dipahami. Ketika dihubungkan dengan arus listrik, maka paddle akan berputar dengan rpm(revolusi tertentu). Jikalau fluida, solid, dan slurry sudah mencapai ketinggian transmitter, maka kecepatan putar paddle akan berkurang atau bahkan berhenti. Simpel kan?




4. Tipe Ultrasonik

Nah yang ini juga mungkin sedikit universal juga bagi sebagian orang. Prinsip ultrasonik yang paling umum digunakan pada teknologi kapal untuk mengetahui kedalaman laut atau topologi dasar laut.
Pinsip kerja : Transmitter ultrasonik memiliki 2 komponen utama, transduser dan transceiver. Tranduser berfungsi untuk membangkitkan gelombang ultarsonik (>20000 Hz) oleh kristal piezoelektrik. Ketika gelombang sudah menabrak objek, maka gelombang akan dipantulkan kembali dan diterima oleh transceiver. Transceiver ini akan mengkonversi gelombang ultrasonik ini kembali menjadi sinyal listrik. Oleh procesor akan diconvert menjadi jarak berdasarkan selisih waktu gelobang mulai dipancarkan hingga diterima kembali.



Nah untuk transmitter ultrasonik tipe point level measurement sendiri, kita harus mensetting berapa nilai ketinggian yang mau dideteksi. Misalnya di setting untuk tinggi 10 meter, maka transmitter tersebut hanya akan ON bila tinggi air mencapai 10 meter. Jadi kita hanya dapat menggunakan transmitter ini untuk satu nilai tertentu.


Kurang keren kan? Next part bahas continuous level biar jossss....